Master Linguistik

Berisi segala hal yang berhubungan dengan linguistik

Memahami Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris

Sebelumnya kita telah belajar tentang frasa,  baik pengertiannya, ciri-ciri, jenis, maupun contohnya. Jika tidak salah, dalam artikel sebelumnya yaitu Seluk Beluk Frasa juga menyinggung tentang frasa endosentris dan frasa eksosentris, namun hanya sekilas saja. Oleh karena itu, master linguistik akan memaparkan secara gamblang, apa itu frasa endosentris dan frasa eksosentris dalam artikel ini. oh ya, dalam beberapa buku ada yang menyebutnya frasa endosentrik dan frasa eksosentrik, tidak masalah, sama saja.



Frasa endosentris

Menurut ramlan(1989) frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya, baik sebagian maupun keseluruhan. Distribusi yang dimaksud di sini adalah kemampuan sebuah unsur dalam menggantikan kedudukan frasa.
Sebelum belajar lebih lanjut, dalam sintaksis dikenal ada dua macam distribusi dalam kalimat, yaitu distribusi paralel dan distribusi komplementer. Hal ini sangat penting untuk menentukan apakah sebuah frasa termasuk endosentris atau eksosentris. Distribusi paralel, atau yang disebut juga hubungan paradigmatik merupakan dua unsur yang berhubungan secara vertikal dan bisa saling menggantikan. Misalnya unsur mobil dan frasa mobil baru pada kalimat ayah membeli mobil baru. Unsur mobil memiliki hubungan vertikal dan dapat saling menggantikan. Contoh
(a)    Ayah membeli mobil baru
(b)   Ayah membeli mobil
Sedangkan distribusi komplementer adalah distribusi unsur yang memiliki daya gabung atau saling melengkapi satu sama lain. distribusi ini sering juga disebut hubungan horizontal. misalnya kata sedang, memiliki daya gabung terhadap kata-kata lain sehingga menghasilkan frasa misalnya sedang makan, sedang minum, sedang tidur, sedang sakit, dll. Pada frasa sedang makan, unsur preposisi sedang memerlukan kata kerja makan, dan sebaliknya kata kerja makan membutuhkan preposisi dengan, sehingga dapat disimpulkan bahwa frasa sedang makan tidak berdistribusi paralel, namun berdistribusi komplementer. (Surono, 2015: 27)
Selain itu, Pada artikel sebelumnya juga sudah dijelaskan tentang unsur inti dan unsur tambahan. Nah, sebuah frasa yang memiliki unsur inti tersebut, maka dapat dikategorikan sebagai frasa endosentris. Jika tidak ingat, berikut contohnya.
Unsur mobil merupakan unsur inti(UI) pada frasa mobil baru, dapat dibuktikan dengan kalimat berikut:
(c)    Ayah membeli mobil baru
(d)   Ayah membeli mobil
Jadi, frasa mobil baru dikategorikan sebagai frasa endosentris. Sudah paham? Baiklah satu contoh lagi, unsur meja merupakan unsur inti(UI) dari frasa meja dan kursi. Dapat dibuktikan dengan kalimat berikut.
(a)    Andi melihat meja dan kursi
(b)   Andi melihat meja
(c)    Andi melihat kursi
Pada contoh di atas, bahkan kita juga mendapati bahwa unsur kursi juga merupakan unsur inti dari frasa meja dan kursi, sehingga kedua unsur tersebut merupakan unsur inti.
Jika kedua teori di atas digabungkan maka kita akan mendapat dua ciri frasa endosentris yang jelas. Pertama memiliki distribusi paralel, dan kedua memiliki unsur inti(UI).
Dalam bahasa indonesia, dikenal ada tiga macam frasa endosentris, diantaranya frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif, dan frasa endosentris apositif.

1.       Frasa endosentris koordinatif

Ciri dari frasa jenis ini ditandai dengan adanya konjungtor koordinatif seperti, dan, serta, baik-maupun. Contoh frasa endosentris koordinatif misalnya aku dan dia, dia atau aku, adik serta kakak, dll. Jadi, dua unsur dalam frasa endosentris jenis ini diketegorikan sebagai unsur inti(UI).
Nb : Konjungtor adalah kata sambung untuk menghubungkan antara dua kata dalam kalimat,
Kemudian, frasa endosentris ini dibagi menjadi dua jenis lagi. Pertama frasa endosentris koordinatif aditif, atau penjumlahan, yaitu yang ditandai dengan konjungtor yang sifatnya menjumlahkan seperti dan, serta, baik-maupun. Contohnya presiden dan wakil presiden, bapak serta anaknya, baik ibu maupun bapaknya, dll. kehadiran konjungtor ini boleh jadi bersifat implisit. Misalnya pada kalimat pria, wanita sama-sama memiliki tanggung jawab di situ konjungtor secara implisit diwakili oleh tanda koma, yang menyatakan konjungtor dan.
Kedua ada juga frasa endosentris koordinatif disjungtif atau alternatif. Namanya alternatif, berarti menggiring kita untuk melakukan sebuah pemilihan. Contoh frasa ini misalnya, aku atau dia, rabu apa kamis, entah siang entah malam, dll.

2.       Frasa endosentris atributif

Frasa endosentris atributif merupakan frasa yang terdiri dari unsur inti UI dan unsur tambahan UT. Hal ini berbeda dengan jenis frasa endosentris sebelumnya yang kedua unsurnya harus UI. Hubungan antarunsur dalam frasa endosentris atributif ini disebut dengan istilah uniterally dependent dengan UI sebagai unsur wajib(uniterally), dan UT sebagai unsur manasuka(dependent). Contoh frasa endosentris atributif misalnya, istri muda, baju baru, mobil bekas, dll.

3.       Frasa endosentris apositif

Frasa ini memiliki unsur-unsur yang bisa menggantikan satu sama lain, atau bisa dikatakan satu unsur menerangkan unsur yang lain. Contohnya Jokowi dan presiden ketujuh RI pada kalimat presiden ketujuh Ri, jokowi dulunya adalah gubernur dki Jakarta. Unsur presiden ketuju RI menerangkat Jokowi, dan sebaliknya, Jokowi menerangkan presiden ketujuh RI.
Contoh lain misalnya pada kalimat, sambutan pertama akan diisi oleh penulis blog master linguistik, Lilis sujianto. Unsur penulis blog master linguistik menerangkan Lilis Sujianto, pun sebaliknya.
Sebenarnya hampir sama dengan frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris apositif juga teridiri dari unsur inti semuanya. Bedanya, dalam frasa endosentris setiap unsur dapat menerangkan unsur yang lain, sedangkan frasa endosentris koordinatif tidak.

Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak berdistribusi paralel dengan unsur-unsurnya. Dalam artikel sebelumnya, kita telah belajar bahwa ada juga frasa yang tidak ekuivalen atau berdistribusi paralel dengan unsur-unsurnya, misalnya frasa di rumah buktinya dapat dilihat pada kalimat berikut.
(a)    Budi tinggal di rumah
(b)   Budi tinggal di (tidak gramatikal)
(c)    Budi tinggal rumah (tidak gramatikal)
Contoh lain misalnya
(a)    Ayah sedang tidur
(b)   Ayah sedang(tidak gramatikal)
(c)    Ayah tidur(tidak gramatikal)
Jadi intinya, frasa eksosentris tidak memiliki distribusi paralel, namun memiliki distribusi komplementer. Kemudian hubungan antarunsur bersifat mitual dependency atau bilateral, yang sekaligus menjadi ciri frasa eksosentris.
Selain itu, ciri frasa eksosentris dalam bahasa indonesia terdiri dari unsur pertama berupa preposisi dan unsur kedua berupa nomina, verba, atau pun adjektiva.

Daftar Pustaka
Surono. 2014. Analisis Frasa-Kalimat Bahasa Indonesia. Semarang: Gigih Pustaka Pribadi.
Ramlan, M. 1986. Ilmu Bahasa Indonesia/ Sintaksis. Yogyakarta: Karyono
Share this article :
+
0 Komentar untuk "Memahami Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris"